OKEMOM – Menjalani peran ganda sebagai ibu bekerja atau working mom dan mengurus anak di rumah sering kali membuat dilema. Tak jarang, menimbulkan perasaan bersalah atau feeling guilty seperti merasa kurang maksimal sebagai ibu.
Memang, hal tersebut wajar terjadi. Walau terasa berat, tapi ternyata ada banyak Mom di luar sana yang berhasil menjalani peran ganda dengan baik. Kuncinya, manajemen waktu.
“Time management itu sangat terkait dengan prioritas. Ini berpengaruh pada situasi kondisi setiap ibu. Karena beda orang akan beda prioritas, alokasi waktu, kesibukan dan ritme kerja,” kata Puty Karina Puar, seorang working mom, ilustrator dan content creator dalam sesi Sharing Moment di IG Live OKEMOM, Sabtu (11/9).
Menurut Puty, para ibu yang bekerja dan mengurus anak harus dapat memahami prioritas terlebih dahulu sebelum mengelola waktu. Menetapkan hal prioritas untuk dikerjakan dan yang tak bisa didelegasikan ke orang lain.
Lebih lanjut, setelah menetapkan prioritas, working mom terutama yang bekerja di rumah perlu bijak mengatur energi dan mood. Sering kali perempuan memiliki ekspektasi bahwa bekerja di rumah artinya bisa membagi 24 jam untuk semua tugas rumah tangga, mengasuh anak, dan bekerja.
Padahal energi dan mood untuk bekerja profesional akan sangat terbatas jika semua pekerjaan domestik dikerjakan sendirian. Sehingga, tak masalah meminta bantuan asisten rumah tangga (ART) sebagai support system tambahan.
Bagi Puty, ART berperan penting membantu meringankan beban ibu agar tak terlalu berat. Dalam situasi tertentu, Ia pun memutuskan untuk berlangganan jasa katering agar ART fokus menjaga anak ketika dirinya sedang berada di ruang kerja, meeting dan urusan job lainnya.
Menjadikan rasa bersalah sebagai motivasi
Tantangan lain bagi ibu bekerja dan mengurus anak adalah manajemen rasa bersalah (feeling guilty). Normalnya seperti para ibu yang lain, Puty juga mengaku sering merasa bersalah ketika anak mengajak bermain namun terpaksa ditolak karena harus berkutat dengan pekerjaan.
“Perasaan bersalah ibarat timbangan. Gaya dan energi yang mesti dikelola. Rasa bersalah itu datang dari rasa sayang. Kalau nggak sayang, nggak mungkin ada rasa bersalah karena ingin memberi yang terbaik,” ungkap ibu satu anak itu.
Bahkan, yang sering terjadi bahwa rasa bersalah itu datang bukan dari perkataan orang lain, melainkan diri sendiri.
Maka dari itu, saat mengalami feeling guilty, Puty kembali kepada komitmen awal bahwa Ia ingin konsisten menjadi ibu bekerja tanpa melupakan peran sebagai orang tua.
Dalam situasi tertentu, Ia biasanya membuat batasan (boundaries). Lalu, memberi pemahaman kepada anak terkait kapan Ia harus bermain sendiri dan kapan bisa bersama orang tua.
“Rasa bersalah ini bisa jadi motivasi bagi kita. Namun kalau nggak dikelola dengan baik, inilah yang membuat ibu kepikiran anak saat bekerja dan kepikiran kerjaan saat main sama anak,” lanjut Puty.
Karenanya, penting untuk menerima ketidaksempurnaan diri. Ada masa harus menolak ajakan anak untuk bermain. Ada pula masa perlu menerima bahwa karier tak berkembang lantaran mengutamakan anak dan keluarga.
“Apa pun pilihannya, nggak akan ada yang bisa sempurna. Baik itu ibu bekerja di rumah maupun full time mom. Paling penting kelola rasa bersalah menjadi energi, dorongan dan motivasi agar pekerjaan cepat selesai dan segera main sama anak,” tuturnya.
Pada dasarnya, feeling guilty bagi ibu bekerja dan mengurus anak di rumah itu tak masalah. Belajar menerima dan evaluasi diri. Meski tidak akan pernah bisa sempurna, tetapi minimal berusaha menjadi lebih baik setiap hari.