OKEMOM – Para pemimpin perempuan adalah panutan dan mentor bagi perempuan lain. Semestinya demikian. Akan tetapi, sebagian perempuan justru menganggap dirinya lebih baik dari kaum hawa yang lain.
Terlebih, jika Ia memiliki posisi, jabatan dan kekuasaan. Hal tersebut membuat dirinya merasa punya privilege. Dominasi itu pula yang akhirnya menggiring sudut pandang diri sendiri bahwa ‘I am the best than other women’.
Fenomena seperti itu kerap terjadi di dunia kerja. Dikenal dengan istilah ‘queen bee syndrome‘. Dilansir Forbes, sindrom ini menggambarkan perempuan dengan otoritas tinggi bersikap lebih kritis terhadap bawahannya yang juga perempuan.
Sindrom ratu lebah secara tak sadar mengarah pada diskriminasi sesama gender dalam upaya pencapaian karier. Perempuan dengan sindrom ini mengalami bias dan tegas menekankan betapa berbedanya dia dari perempuan lain.
“Para perempuan yang punya pengalaman tinggi tahu betul bahwa dirinya harus menunjukkan komitmen luar biasa untuk berhasil. Ini membuat mereka kurang yakin bahwa perempuan lain mampu berbuat hal sama,” kata Elemer Naomi, profesor psikologi sosial di Universitas Utrecht, Belanda.
Queen bee syndrome bisa menjadi konsekuensi dari diskriminasi gender. Sebab, perempuan telah membuktikan Ia berhasil beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan yang didominasi laki-laki.
Margaret Thatcher, perdana menteri perempuan pertama Inggris digambarkan sebagai salah satu contoh ‘Queen Bee’ karena tidak mempromosikan atau memajukan karier perempuan lain di kabinetnya.
Lalu, apakah sindrom ratu lebah ini menghambat kemajuan kaum hawa? Jawabannya bervariasi. Tergantung dari lingkungan organisasi atau lembaga yang menjadi wadah berkarya para perempuan.
Akan tetapi, mengutip laman BBC, disebutkan bahwa mereka yang dikategorikan sebagai ratu lebah, biasanya menjadi bahan perhatian. Di kalangan pria, mereka kurang dihargai karena dianggap minim empati.
Pada intinya, queen bee syndrome masih menjadi kontroversi. Mengingat kesetaraan gender tengah digaungkan sampai hari ini.
Tetapi di sisi lain, perempuan dengan keberhasilan mandiri juga perlu mendapat apresiasi. Asalkan tidak menjatuhkan sesama perempuan demi mendapat pengakuan.
Referensi:
Forbes. Queen Bees Still Exist, But It’s Not The Women We Need To Fix. 2020.
BBC. Queen Bees: Do Women Hinder The Progress of Other Women?. 2018.
ARTIKEL MENARIK LAINNYA
- Duck Syndrome, Gangguan Psikologis yang Kerap Dialami Anak Muda
- Mengenal Burnout Syndrome, Kelelahan dan Stres saat Menjalani WFH
- Stockholm Syndrome, Respon Emosional Korban Sandera Simpati pada Pelaku
- Syndrome Cutis Laxa: Kondisi Langka Penyebab Bayi Berwajah Keriput
- Mirror Syndrome, Kondisi Langka pada Ibu Hamil dan Janin