OKEMOM – Rasulullah SAW selalu mengajarkan umat-Nya untuk saling menasehati kepada sesama dalam hal kebaikan dan selalu mengingatkan apabila ada sesuatu yang tidak sepantasnya dikerjakan. Namun, mengingatkan dan memberi nasihat juga memerlukan adab.
Hal ini bertujuan agar orang yang mendapat nasihat tak lantas membuat hatinya tersakiti akan perkataan yang dilontarkan si pemberi nasihat.
Untuk itu, sebagai seorang muslim, kita perlu memerhatikan etika serta mengetahui adab menasehati seperti dalam ajaran Islam. Melansir dari Nu Online, berikut adab menasehati dalam Islam yang perlu Mom terapkan.
1. Memberikan nasihat secara pribadi
Umumnya, orang akan memberikan nasihat tanpa pikir panjang dan langsung berbicara di hadapan publik. Padahal, bisa saja cara ini justru bisa menyakiti hati si penerima nasihat.
Oleh karenanya, apabila ingin memberi nasihat mengenai sesuatu yang kurang baik, hendaknya sampaikan secara pribadi atau ketika sepi dan tak ada orang lain yang melihat maupun mendengarnya.
Cara ini bertujuan agar kita tetap bisa menjaga nama baik orang tersebut dan mengurangi risiko keburukan yang menyebar luas.
Apabila memang terpaksa harus memberi nasihat saat ada banyak orang, sebaiknya sampaikan nasihat dengan kata-kata yang lembut dan tidak membuatnya tersinggung.
Allah pun telah berfirman dalam Al-Qur’an agar umat-Nya menyampaikan kebenaran dengan cara yang bijaksana. Allah SWT berfirman:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan nasihat yang baik dan berbantahlah dengan mereka secara baik.” (QS. An-Nahl: 125).
2. Menggunakan bahasa yang sopan
Sebagai seseorang yang akan memberi nasehat, hendaknya kita memerhatikan penggunaan kata yang baik, sopan, serta penuh kelembutan.
Perlu Muslimin ketahui bahwa memaksa dan merendahkan seseorang bukanlah termasuk adab menasehati dalam Islam meskipun tujuannya untuk kebaikan.
Cara menasehati ini berlaku bagi siapapun termasuk saat menasehati anak. Hendaknya para orang tua menasehati dengan nada yang lemah lembut sehingga tidak membuat hati anak terluka.
3. Jangan menyebarluaskan kabar buruk
Saat mengetahui sesuatu hal buruk mengenai seseorang, hendaknya kita berdiam diri dan tak perlu menyebarluaskan kabar buruk tersebut.
Tujuannya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan permusuhan antar sesama. Jadi, apabila sebenarnya kita tahu kabar buruk seseorang dan orang lain menanyakan kebenarannya, sebaiknya bilang saja tidak tau menau mengenai kabar tersebut.
Meski terkesan bohong, akan tetapi kebohongan tersebut bisa dibenarkan demi kebaikan dan perdamaian bersama. Anjuran ini pun telah tercantum dalam hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti Uqbah Abi Mu’ith, yang berbunyi:
لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ، وَيَقُولُ خَيْرًا وَيَنْمِي خَيْرًا
Artinya: “Bukanlah pembohong orang yang berbohong demi perdamaian di antara orang-orang, kemudian ia berkata baik dan menumbuhkan kebaikan.” (HR Muslim).
4. Sabar dan ucapkan syukur
Tidak ada alasan untuk berhenti memberi nasihat baik pada sesama walaupun nasihat tersebut tidak pernah dihiraukan.
Apabila seseorang tidak bisa menerima dan menjalankan nasihat, hendaknya pemberi nasihat selalu sabar dan terus mengingatkan akan kebaikan.
Namun, jika penerima nasihat mau menerima masukan dengan baik, hendaknya kita ucapkan puji syukur kepada Allah SWT.
Sebab, tak ada yang bisa membukakan pintu kebaikan pada seseorang tanpa adanya campur tangan dan kehendak Allah SWT. Setelahnya, kita bisa mengucapkan terima kasih pada penerima nasihat karena mau menerima masukan dengan baik.
5. Tidak menasehati dengan nada marah
Cara menasehati haruslah benar sesuai tuntunan syariat, yaitu dengan tidak mengucapkan kata-kata dengan nada tinggi sehingga terkesan seperti marah. Selain itu hindari menasehati dengan niat mencela.
Oleh karenanya, pastikan memberi nasihat dengan memosisikan diri setara dengan penerima nasihat agar tidak terkesan menyombongkan diri.
Jadi, jangan pernah memberikan nasihat dalam kondisi merasa diri lebih baik dari si penerima nasihat. Sebab, ini termasuk sifat yang sombong dan Allah sangat membenci kesombongan.
Itu lah adab dan etika menasehati orang lain menurut ajaran Islam. Kini kita bisa menerapkan cara tersebut agar senantiasa bisa menasehati sesuai ajaran agama dan mengindari melukai perasaan penerima nasihat.