Dongeng Fabel – Kisah semut dan belalang, tidak kalah populer dengan kisah kancil bersama para hewan lain. Sambil berimajinasi membayangkan jalan ceritanya, ajarkan anak pula tentang makna cerita tersebut.
Membacakan sebuah kisah pada anak, bisa jadi ajang meningkatkan ikatan Mommy dan anak.
OKEMOM akan berikan cerita fabel semut yang rajin dan belalang pemalas, yang bisa Mom ceritakan pada anak nanti malam.
Dongeng Fabel semut dan belalang
Alkisah, di hutan yang rindang, hiduplah seekor belalang yang sedang duduk bersantai. Menikmati angin sepoi-sepoi, sembari memainkan alat musik kebanggannya.
Di hutan itu pula, seekor semut melintas dengan memangkul jagung di punggungnya.
Belalang berseru. “Hai semut sedang apa kau? kemari lah bersantai denganku.” semut, menghentikan langkahnya dan menjawab. “Hai belalang, aku sedang mengumpulkan makanan untuk musim kemarau.”
“Untuk apa mengumpulkannya sekarang, kan masih ada hari esok.” ujar belalang.
“Aku takut, jika terlambat nanti semua tumbuhan akan mati.”
Belalang mulai duduk serius, ia memasang wajah berlagak. “Ah, kau terlalu berlebihan. Di hutan ini, banyak tumbuhan, mana mungkin akan mati semua.”
Semut tidak mau menanggapi belalang lagi, ia kembali melanjutkan perjalanan menuju sarang, berkumpul bersama para koloni.
Belalang mengejek semut yang tengah bekerja
Keesokan harinya, belalang kembali bersantai, kali ini beberapa hewan di hutan ikut berkumpul, mendengar alunan musik dari biola yang dimainkan oleh belalang. Mereka bernyanyi, berdansa mengikuti alunan musik.
Di pertengahan lagu, seekor semut melintas lagi, apa yang dia bawa lebih banyak dari hari kemarin. Melihat hal itu, belalang mempunyai ide jahat.
Ia menyuruh para hewan untuk berhenti berdansa. “Lihat, si semut. kasihan sekali dia, bekerja pagi dan malam, karena takut dengan musim kemarau.” semua hewan menatap semut iba.
“Hey semut kemarilah.” imbuh belalang lagi.
Mendengar namanya dipanggil, semut menghampiri. Ia bertanya. “Ada apa belalang? aku tidak bisa lama disini.”
“Bersantailah dulu, bukanlah persediaan makananmu sudah banyak?.” tanya belalang.
“Masih belum cukup, aku takut musim kemarau ini akan berlangsung lama, jadi aku harus mengumpulkan lebih banyak makanan.”
Salah satu hewan yang tadi senang berdansa, menyalak. “Wah, semut benar, sebentar lagi musim kemarau. Kita harus melakukan persiapan juga.” semua hewan mengangguk setuju, mereka lantas meninggalkan belalang yang sedih karena ditinggal sendirian.
“Lihat lah, semut. Kau membuat temanku pergi. Kenapa kau suruh mereka, melakukan hal sepertimu.” marah belalang, tetapi semut tetap bersikap tenang.
“Belalang, sudah lah bersantainya, lebih baik kau mengumpulkan makanan, supaya nanti, kau tidak kelaparan.”
“Ah, tidak perlu mengajariku. Aku pastikan, saat kemarau datang aku tidak akan kelaparan.” ucap belalang lantang.
Dengan susah payah, semut kembali membopong bawaan di pundak, yang tadi sempat ia turunkan.
Sebelum pergi ia mengatakan. “Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik ya belalang.”
Belalang dan musim kemarau
Sudah lebih dari seminggu, musim kemarau terjadi. Panas gersang, membuat semua tumbuhan mati dan persediaan air menurun.
Semua hewan sedang bersembunyi di balik atap rumah, duduk bersantai dengan makanan yang telah mereka persiapkan jauh-jauh hari.
Namun, terlihat dari kejauhan, seekor belalang berjalan, dengan terseok-seok karena kelelahan dan kelaparan. Wajahnya memucat, beberapa kali dia bersender pada sebuah pohon.
Di atas pohon, bertengger burung dan seekor tupai. Mereka bertanya. “Hai belalang, kau kenapa?.”
Dengan wajah lemas belalang menjawab.
“Aku kelelahan tupai, aku lapar dan haus. Bisakah, kau memberikanku sedikit makanan dari persediaanmu?.”
Tupai menjawab. “Apa kau tidak punya makanan dan minuman, belalang?.”
Wajah menahan malu itu dia tundukan, dan menggeleng pelan. “Astaga kasihan sekali kau, kami tidak bisa memberikan makanan kami, karena kami tidak tahu sampai berapa lama kemarau ini berlangsung.” oceh seekor burung.
Mendengar hal itu, belalang jadi teringat akan pesan semut, untuk melakukan persiapan terlebih dahulu baru bersantai.
Pesan dari cerita di atas adalah, kita harus mempersiapkan segala sesuatu untuk hal yang akan terjadi.
Sama seperti pribahasa “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian.” bersakit-sakitlah dahulu bersenang-senang kemudian.
Hal, itu bisa dilihat, bagaimana semut sangat bekerja keras untuk mendapatkan makanan, sehingga ia tidak kelaparan ketika musim kemarau tiba.
Sedangkan belalang, ia tidak punya makanan dan harus melewati satu musim dengan perut kelaparan.