OKEMOM – Kebanyakan perempuan tidak menyadari ada faktor penyebab janin cacat dalam kandungan. Tak hanya lahir cacat, bahkan tidak terselamatkan pascapersalinan.
Perempuan yang memiliki infeksi tertentu selama kehamilan berisiko lebih tinggi melahirkan anak cacat lahir. Misalnya, infeksi virus Zika selama kehamilan dikaitkan dengan cacat lahir yang disebut mikrosefali.
Kondisi saat otak dan tengkorak lebih kecil dari biasanya. Infeksi Zika pada kehamilan juga terkait dengan masalah struktural lain pada otak.
Paparan obat dan bahan kimia juga berisiko menjadi penyebab janin cacat dalam kandungan. Contohnya, rubella atau campak Jerman.
Melansir Cleveland Clinic, para ahli belum dapat memastikan penyebab janin cacat sejak dalam kandungan. Namun, dari banyak kasus, alasan yang paling sering antara lain:
- Faktor genetik atau keturunan.
- Kelainan kromosom. Memiliki terlalu banyak atau sedikit kromosom.
- Cacat gen tunggal.
- Infeksi selama kehamilan.
- Paparan obat selama kehamilan.
- Faktor lingkungan.
- Diabetes dan obesitas.
- Ibu hamil konsumsi alkohol berlebihan.
- Konsumsi junk food terlalu sering saat hamil.
- Zat teratogen pada obat resep, obat terlarang, alkohol, bahan kimia beracun, atau penyakit yang dimiliki ibu.
Dirangkum dari Healthline dan Stanford Children, faktor penyebab di atas seiring bertambahnya usia kandungan akan membuat janin mengalami beberapa kondisi dari yang ringan hingga parah, meliputi:
- Bentuk kepala, mata, telinga, mulut dan wajah tidak normal.
- Bentuk tangan, kaki, dan anggota badan tidak normal.
- Perkembangan abnormal pada alat vital janin, seperti ginjal, jantung, usus, paru-paru, dan lainnya.
- Sumsum tulang belakang pada janin berusia lebih tua tidak tertutup sepenuhnya (spina bifida).
- Risiko bayi lahir meninggal dunia karena komplikasi cacat dalam kandungan.
- Atresia duodenum yaitu obstruksi di usus kecil. Ini dapat menyebabkan polihidramios (cairan ekstra di sekitar janin), yang meningkatkan risiko kelahiran prematur.
- Malformasi dandy walker, perkembangan abnormal dari fossa posterior (ruang di tengkorak bayi) dan otak kecil.
- Cacat anggota badan, yang terjadi ketika amnion janin (lapisan dalam kantung ketuban) membungkus bagian janin (seperti jari atau kaki).
Untuk mengetahui janin mengalami cacat atau tidak dalam kandungan, bisa diagnosis melalui tes skrining maupun tes diagnostik meliputi ultrasonografi (USG) atau tes darah. Jika tes skrining menunjukkan sesuatu yang tidak normal, tes diagnostik direkomendasikan.
Selain dua jenis tes di atas, beberapa tes lainnya juga dapat dilakukan untuk memastikan apakah janin dalam kandungan tetap sehat atau justru berisiko mengalami cacat lahir. Rekomendasi tes medis tersebut yaitu:
- Alfa-fetoprotein (AFP). Tes darah ini mengukur kadar protein yang disebut AFP (alpha-fetoprotein). Protein ini dilepaskan oleh hati bayi dan ditemukan dalam darah ibu.
- Human chorionic gonadotropin (hCG). Ini adalah tes dari hormon yang dilepaskan oleh beberapa sel di plasenta. Tingkat hCG yang tinggi dapat berarti bahwa bayi memiliki kelainan.
- Estriol. Tes dari hormon yang dibuat oleh plasenta, hati bayi dan kelenjar adrenal. Tingkat paling rendah dapat berarti bayi mengidap sindrom Down.
- Skrining tembus nuchal. Mirip tes USG yang sering dilakukan di akhir trimester pertama.
- Amniosentesis. Tes ini mengambil sampel kecil dari cairan ketuban yang mengelilingi bayi. Sampel dipakai untuk mendiagnosis masalah kromosom dan cacat tabung saraf terbuka seperti spina bifida.
- Pengambilan sampel vili korionik (CVS). Tes ini mengambil sampel beberapa jaringan dari plasenta.
- Skrining prenatal noninvasif, tes dengan melihat darah ibu.
Berkaitan dengan ini, sebagian besar ahli mengatakan cacat janin dalam kandungan sulit diobati. Akan tetapi dapat diminimalisir risikonya dengan sebisa mungkin menjalani kehamilan yang sehat.
Setiap ibu hamil dianjurkan memeriksakan kandungan secara rutin ke dokter ahli. Menggunakan kontrasepsi saat berhubungan seks selama kehamilan.
Konsumsi vitamin prenatal dengan dosis 400 mcg asam folat apabila tidak menggunakan kontrasepsi.
Hindari minum alkohol dan obat-obatan terlarang, serta tidak merokok.