OKEMOM – Beberapa orang mengalami fobia terhadap sesuatu, membuat dirinya merasa cemas, takut berlebihan, bahkan pingsan setiap melihat benda yang ditakuti tersebut. Kondisi ini perlu penanganan khusus dan tidak bisa dianggap sepele.
Tidak mudah menghadapi fobia. Karena itulah, jangan pernah menjadikan ketakutan seseorang sebagai bahan candaan atau prank. Daripada tertawa, lebih baik bantu orang tersebut agar tenang.
Jika nekat mengabaikan, kemungkinan besar akan membuat seorang dengan fobia malu. Ketakutannya pun semakin parah. Ketika satu pihak bertindak superior, sementara yang satu memiliki titik lemak. Sungguh, fobia bukanlah lelucon.
Inilah beberapa alasan sebaiknya tidak menjadikan fobia seseorang sebagai prank, terlepas dari apa pun tujuannya.
1. Menghancurkan rasa percaya diri orang
Bak bola kristal yang retak, seperti itulah kepercayaan diri seseorang yang memiliki fobia ketika Ia dijadikan bahan tertawaan di depan umum. Ia merasa sendiri dan sama halnya dengan bullying, Ia terpojokkan.
Seharusnya, tidak boleh membandingkan jenis ketakutan sendiri dengan ketakutan orang lain. Sebab, fobia setiap orang bersifat spesifik dan irasional. Terkadang tak bisa diterima oleh akal sehat.
Orang mungkin terlihat sangat konyol saat fobia itu terlihat. Dan ketika fobia dijadikan prank, tentu saja memperbesar rasa malu, gugup, tegang, serta takut akan komentar orang lain.
2. Membuat orang lain semakin buruk
Jangan mencoba dan bertindak lebih unggul dari seseorang yang memiliki fobia, hanya karena tidak memilikinya. Berhenti lakukan jika tujuannya untuk membuat diri merasa lebih baik.
Tindakan mengejek kelemahan orang lain akan meredupkan ‘cahaya’ pada diri orang tersebut. Dan sayangnya, itu hanya akan menambah masalah.
3. Memicu perasaan takut yang lebih besar
Jenis fobia yang tidak rasional terkadang membuat orang melebih-lebihkan bahaya. Seseorang sadar secara mental bahwa bahaya itu tidak ada, tetapi tubuh sering menunjukkan reaksi tak terkendali ketika perasaan takut, tidak nyaman dan cemas muncul.
Selain itu, orang tidak hanya takut ketika dirinya berada di situasi terancam. Mereka bahkan bisa saja berpikir bahwa rasa takut itu telah mengecewakan orang-orang di sekitarnya.
4. Menggiring persepsi keliru dari orang lain
Memang benar, setiap orang sangat wajar takut akan sesuatu. Ketakutan adalah aspek kemanusiaan normal dan baik. Namun, hanya karena takut pada sesuatu, bukan berarti langsung memiliki fobia.
Masyarakat saat ini sering menggunakan istilah ‘fobia’ sebagai sinonim dari ketakutan. Padahal, keduanya hal berbeda.
Ketakutan adalah emosi tidak menyenangkan yang muncul karena adanya perasaan ancaman bahaya maupun rasa sakit. Sedangkan, fobia adalah ketakutan ekstrem atau irasional terhadap sesuatu.
5. Menyebarkan ketakutan serupa pada orang lain
Sering tak disadari bahwa terkadang ketakutan itu sifatnya bisa menular. Seseorang yang intens bersama dengan orang yang memiliki fobia dan melihat fakta secara langsung, dapat memicu ketakutan serupa.
Beberapa orang mengalami fobia karena trauma. Di sisi lain, sebagian orang justru mengidap fobia karena faktor lingkungan. Tidak terduga memang, namun ini bisa saja terjadi walau kecil kemungkinan.
Oleh karena itulah, sebaiknya tidak menjadikan fobia seseorang sebagai prank maupun ejekan, bahkan pada teman terdekat sekali pun. Menenangkan mereka dan menciptakan suasana positif akan sangat membantu.
OKEMOM, ada banyak alasan tidak menjadikan fobia sebagai prank. Selain tidak menjadikan fobia seseorang untuk prank, alangkah lebih baik jika kita membantunya lebih lanjut. Misalnya dengan mengajak mereka berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan solusi yang lebih baik.
Artikel ini telah ditinjau oleh Ikhsan Bella Persada M.Psi
ARTIKEL MENARIK LAINNYA
- Fobia Telinga, Perempuan Asal Nantwich Menghindari Potong Rambut
- Mengenal Nomophobia: Ketakutan Remaja saat Berjauhan dari Gadget
- Ketahui Apa Itu Thalassophobia yang Dialami oleh Dian Pelangi
- Mengenal Xenophobia yang Ramai di Twitter, Menyeret Jisoo BLACKPINK
- 5 Jenis Fobia pada Anak, Takut Ketinggian sampai Ruang Sempit