OKEMOM – Masyarakat Indonesia mulai menyadari pentingnya kesadaran akan beragam penyakit mental. Hal ini juga perlu dilakukan karena anak-anak dapat mengalami gangguan mental.
Melansir dari Mayo Clinic, gangguan mental pada anak cenderung lebih sulit dikenali. Alhasil banyak yang sudah terlanjur parah gejalanya hingga harus membutuhkan penanganan khusus dari tenaga medis.
Oleh karena itu, sebagai orang tua penting mengetahui gangguan mental paling umum yang diidap anak agar lebih sigap menghadapi ke depannya. Simak penjelasannya berikut ini.
1. Anxiety disorder atau gangguan kecemasan
Selama ini, anggapan bahwa anak kecil tidak memiliki kecemasan dan selalu hidup di bawah kebahagiaan itu salah. Mulai sekarang cobalah mengubah mindset. Anak-anak juga sama seperti orang dewasa yang berpotensi mengidap anxiety disorder.
Tanda-tanda gangguan kecemasan pada anak terbagi menjadi dua, yaitu dari psikis dan fisik. Dari segi psikis, anak akan merasa takut mencoba hal baru, menarik diri dari lingkungan, serta mengalami perubahan emosi seperti merasa takut.
Selain itu, anak yang mengalami kecemasan biasanya akan menangis dan tantrum, sering bermimpi buruk, dan sulit berkonsentrasi.
Sementara itu, dari segi fisik, anak yang mengalami gangguan kecemasan akan merasa gugup, berkeringat, dan jantungnya terdengar berdegup kencang.
2. Attention deficit hyperactivity (ADHD)
ADHD secara tekns disebut gangguan mental, tetapi secara spesifik, ADHD adalah kondisi terganggunya perkembangan area kognitif.
Orang yang mengalami gangguan ini cenderung hiperaktif, impulsif, dan sulit memusatkan perhatian. Selain itu, seorang dengan ADHD juga sering kali merasa gelisah, tidak sabaran, berbicara dengan berlebihan dan lainnya.
Menurut catatan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika satu dari sepuluh anak usia 5-17 tahun mengidap ADHD. Kondisi tersebut dapat berlangsung hingga dewasa, tetapi akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia.
Hingga saat ini belum ada yang menemukan penyebab ADHD. Namun, untuk membantu menurunkan gejala ADHD, anak dapat berkonsultasi ke psikiater atau psikolog.
Ada beberapa macam terapi yang bisa anak ADHD dapatkan, salah satunya adalah terapi perilaku atau behavior therapy. Terapi ini bertujuan untuk membantu anak dalam mengendalikan perilaku impulsif dan hiperaktifnya.
3. Autism spectrum disorder (ASD)
Gangguan spektrum autisme adalah kondisi neurologis yang biasanya muncul pada anak pada usia sebelum menginjak 3 tahun.
Walaupun tingkat bahaya tiap pengidap berbeda, umumnya anak akan mengalami kesulitan komunikasi dan interaksi dengan orang lain.
Sebab, Ia terlihat hidup hanya dengan imajinasinya sendiri dan tak mampu mengaitkan emosinya dengan lingkungan sekitar.
4. Affective disorder
Affective disorder melibatkan perasaan sedih yang terjadi berkelanjutan dan bisa berubah dengan cepat termasuk depresi dan gangguan bipolar.
Gangguan ini mempunyai risiko besar pada anak-anak dan remaja karena ledakan kemarahan kerap terjadi pada keduanya.
5. Eating disorder
Eating disorder merupakan kondisi seseorang yang bisa terlalu obsesi dengan diet atau justru mempunyai pemikiran sendiri tentang berat badan.
Pengidap akan terbiasa dengan mengonsumsi jumlah makanan dengan cara yang tidak aman.
Adapun kondisi kesehatan yang timbul akibat perilaku ini yaitu anoreksia nervosa, bulimia nervosa dan binge eating disorder.
Diantara ketiga kondisi tersebut salah satunya dapat mengakibatkan disfungsi emosional dan sosial sekaligus komplikasi mengancam jiwa.
6. Skizofrenia
Selama ini yang telah kita ketahui bahwasannya skizofrenia dialami oleh orang berusia lanjut saja. Kenyataannya, gangguan ini juga dapat menyerang anak.
Skizofrenia adalah gangguan persepsi dan pikiran yang mengakibatkan seseorang kehilangan kontak dengan realitas. Kondisi ini terbilang cukup berbahaya bagi anak karena proses pertumbuhannya akan terhambat.
7. Post traumatic stress disorder (PTSD)
PTSD adalah tekanan emosional yang terjadi secara berkepanjangan dan sering kali menimbulkan kecemasan, mimpi buruk dan perilaku terganggu saat ada peristiwa traumatis.
Gangguan ini bisa muncul karena adanya peristiwa traumatis sebelumnya yang dulu pernah anak alami, contohnya seperti pelecehan, kekerasan, cedera atau lainnya.
Jika si kecil mengalami salah satu gangguan di atas, segera konsultasikan ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Artikel ini telah ditinjau oleh Ikhsan Bella Persada M.Psi