Beberapa waktu lalu, istilah ghosting ramai menjadi perbincangan. Sebuah peristiwa di mana seorang ibu membela anak perempuannya yang merasa telah ditinggal oleh kekasih.
Hal itu sontak saja menuai banyak komentar positif dan negatif dari warganet. Dari sini kita juga mengetahui, bahwa orang tua memiliki peran tersendiri terhadap anak yang sedang patah hati.
Bukan hanya itu saja, ada 7 peran atau cara lain yang bisa orang tua terapkan untuk menenangkan anak saat keadaannya sedang drop.
1. Menjadi pendengar yang baik
Pada dasarnya orang yang bersedih hanya membutuhkan seseorang untuk mendengarkan keluh kesah dan berada di sampingnya.
Sama halnya dengan buah hati. Anak perlu meluapkan perasaan, marah, kecewa, sedih dan lainnya tanpa harus ada pertanyaan.
Melansir dari Verywellfamily, sikap mendengarkan tanpa adanya penghakiman atau bimbingan adalah peran terbaik yang bisa orang tua lakukan.
Oleh karena itu, cukup dengarkan saja keluh kesahnya sambil memeluk si kecil. Jangan berkata apa pun selagi anak masih bersedih.
2. Hindari badmouthing mantan kekasihnya

Badmouthing memiliki arti menjelek-jelekan mantan kekasih di depan anak. Mengapa harus menghindarinya?
Perlu diketahui bahwa anak pernah menjalin kasih dengan pasangannya tersebut. Meskipun sudah putus, kenangan serta rasa sayang pasti masih berbekas di hati anak.
Karena itu, jika orang tua malah membicarakan hal buruk mengenai mantan kekasihnya, hal itu justru akan membuatnya semakin mengingat kenangan dulu dan bersedih kembali.
Misalnya, badmouthing seperti ini, misalnya anak berkata, “Aku perempuan terburuk sampai dia tidak bisa mencintaiku.”
Jangan menimpalinya dengan kalimat, “Jahat sekali dia, sudahlah lupakan saja,” Kenapa? Karena kalimat ini tidak akan memberikan solusi.
Lebih baik gunakan kalimat memperingatkan secara halus, “Aku tahu perasaanmu, tapi cobalah untuk memikirkan keluarga dan sahabatmu. Masih ada orang lain yang sayang terhadapmu.”
3. Dukung keputusan anak

Ketika anak sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan kekasih, dukung keputusannya tersebut.
Terkadang, saat memilih untuk putus hubungan seseorang punya alasan kuat untuk melakukannya. Oleh sebab itu, anak yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan asmara tak perlu ditahan lagi.
Hanya karena suka dan sopan menjadi alasan agar anak tetap bersama kekasih.
Sebagai orang tua, jangan pernah mencampuri keputusannya, karena kurang tepat. Biarkan itu menjadi pilihannya, tapi beritahu juga betapa pentingnya memahami perasaannya dan orang lain.
4. ‘It’s okay to not to be okay’

Mungkin kisah cinta remaja terlihat sepele dan remeh bagi beberapa orang. Namun, tak sedikit yang menganggap jalinan asmara semasa remaja membawa dampak positif.
Saat anak merasa sedih dan kecewa yang teramat karena patah hati, berilah Ia waktu. Hindari melakukan tindakan atau perkataan seakan-akan perasaannya kala itu tidak penting.
Perilaku tersebut justru dapat menyebabkan anak mengurangi kesedihan dan memahami rasa sakitnya, sehingga perasaan dikucilkan, diremehkan dan tak berharga bisa buah hati rasakan.
Sakit hati atau pun patah hati kala remaja sangat normal terjadi kok. Jadi, berilah ruang untuk anak mengekspresikan dirinya tanpa ada tekanan dari mana pun.
5. Ajak berlibur atau alihkan perhatiannya

Mengalihkan perhatian dari mantan kekasih ke suatu hal atau pun tempat yang anak suka, bisa membantunya menjernihkan pikiran.
Berlibur juga bermanfaat untuk berbicara dari hati ke hati, bahwa dunia ini terlalu luas bila hal yang anak lakukan hanya bersedih.
Poin ini juga dapat menjadi ajang pendekatan antara anggota keluarga. Perjalanan tersebut bisa saja justru menjadi kenangan yang tidak akan buah hati lupakan semasa hidupnya.
Bila langkah ini masih kurang ampuh untuk mengatasi permasalahan anak, segera konsultasi dengan dokter atau psikolog.