Menemani buah hati melewati proses tumbuh kembang adalah hal terpenting. Selain melihat kemajuan, orang tua juga dapat mengetahui, jika anak mengalami masalah serius seperti speech delay.
Keterlambatan berbicara seringkali tak terdeteksi, akibatnya banyak orang tua terlambat memberi penanganan demi menolong buah hati. Tak sedikit pula, terbawa sampai anak usia balita.
Oleh sebab itu, mom harus tahu tanda ketika anak mengalami speech delay, agar dapat melakukan penanganan tepat.
Tanda speech delay
Proses tumbuh kembang tentu berbeda di setiap orang, ada yang cepat dan ada pula yang lamban. Sehingga banyak orang tua mengira kalau ini hanyalah masalah waktu, bagi buah hati lancar berbicara.
Namun, anggapan ini malah membuat speech delay bertambah parah. Maka dari itu, waspadai jika ciri di bawah ini muncul ya.
1. Tidak pernah berceloteh sepatah kata

Memasuki usia tujuh bulan, si kecil sudah mulai mengeluarkan suara. Misalnya huruf “A” atau nada seperti “hmm” walaupun kurang jelas.
Terlebih jika ada sesuatu yang menarik perhatian atau membuatnya senang. Secara refleks Ia akan mengeluarkan suara untuk mengekspresikan perasaan tersebut.
Berbeda dengan pengidap speech delay yang tidak berceloteh sepatah kata, saat ingin sesuatu.
Hal ini karena belum terbiasa, jadi sebaiknya lakukan obrolan ringan secara rutin agar buah hati dapat mengikuti pelafalan suatu kata atau huruf.
2. Diam saat ditanya letak benda atau tempat

Speech delay diakibatkan oleh kurangnya stimulasi untuk mendorong anak bicara. Sehingga ketika sudah di usia dewasa, Ia tidak paham dan kesulitan melafalkan kata atau kalimat.
Contohnya mom bertanya di mana mainan diletakan, si kecil akan kebingungan dan tak menunjuk tempat seharusnya. Hal ini terjadi karena bingung, menyusun kalimat untuk menjawab.
Bahkan saat namanya dipanggil, sebagian anak tak menjawab lantaran tak mengerti maksud ucapan tersebut.
3. Bicara tidak konsisten

Di awal latihan, pelafalan mungkin tidak konsisten tetapi kalau sudah di usia dewasa maka perlu dicurigai. Lidah dan pemikiran terkadang tidak bergerak selaras, sehingga menyebabkan kesalahan pengucapan.
Hal ini dialami oleh anak, misalnya saat mengucap kata “Ingin” tapi si kecil malah mengucapkan “ini” atau yang lainnya. Lantaran tak terbiasa dan kurangnya daftar kata dalam ingatan, membuat kemampuan komunikasi jadi terbatas.
Untuk mengatasinya, biasakan ajak si kecil belajar mengeja atau menyanyikan lagu anak. Lama kelamaan, lidah akan terbiasa dan risiko salah ucap dapat berkurang.
4. Tidak mengerti perintah sederhana

Bermain bersama anak memudahkan ibu mengetahui ciri yang keempat. Sebab, saat melakukan permainan perintah sederhana seperti “ayo”, “mulai”, dan “cepat.” akan sering muncul.
Kalau si kecil diam ketika diminta berlari, maka itu adalah tanda ada sesuatu yang salah. Kesalahan merespon perintah mungkin sering terjadi tapi orang tua tidak menyadarinya.
5. Tidak berusaha menggunakan kalimat panjang atau cerita

Semakin dewasa kosakata harusnya sudah bertambah, melalui film, lagu dan buku bacaan. Melalui media tersebut, secara tak sadar, otak si kecil akan merekam daftar kata dan tersimpan rapi.
Alhasil, mudah baginya untuk merangkai kalimat panjang dan kompleks, sebagai ajang mengekspresikan diri. Misalnya, paling umum yaitu menjelaskan rasa manis sepotong coklat hingga menceritakan pengalaman, saat bermain di taman kanak-kanak.
Sayangnya, hal ini tidak dapat ditemukan, pada penderita speech delay. Karena banyaknya daftar, semakin menyulitkan memilih kata yang tepat untu jadi satu kalimat panjang.
Jika tanda speech delay di atas muncul pada anak, atasi dengan terapi kebiasaan di rumah secara rutin. Namun, kalau masih khawatir, ajak anak untuk segera mengunjungi dokter ya, mom.