OKEMOM – Pertengkaran dan perdebatan merupakan hal yang wajar dalam sebuah pernikahan. Namun, masalah yang tak dapat menemui titik terang biasanya berujung pada perceraian. Bukan hanya kedua belah pihak, dampak perceraian juga akan memengaruhi psikologi anak.
Mengingat tak semua anak korban perceraian sudah menginjak usia cukup, pengendalian emosi mereka pun tak sama. Beberapa anak cenderung tidak peduli dan menanggapi hal tersebut. Namun sebaliknya, bila anak sudah paham maka akan memikirkan nasib keluarganya.
Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan untuk bercerai, pertimbangkan dengan matang berbagai aspek maupun dampak perceraian terhadap anak berikut ini.
1. Mengalami depresi
Depresei tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak usia 11 tahun ke atas. Kesedihan yang Ia rasakan akibat perceraian orang tuanya memiliki risiko menyebabkan depresi.
Apabila depresi anak terus berlarut dan tak kunjung mereda juga berisiko lebih tinggi seperti upaya bunuh diri. Namun, biasanya risiko ini cenderung dilakukan oleh anak laki-laki.
Oleh karena itu, ketika anak mengalami depresi akibat perceraian orang tua, segeralah meminta bantuan ahli psikologi untuk mengatasinya.
2. Menarik diri hidup secara sosial
Melansir dari FamilyMeans, Jumat (5/2), dampak perceraian juga dapat memengaruhi anak secara sosial. Mereka akan kesulitan berhubungan dengan orang lain di lingkungan sekitarnya.
Hal ini karena mereka merasa tidak nyaman dan cenderung minder kalau keluarganya mengalami perceraian. Oleh karena itu, anak hanya akan melakukan kontak sosial dengan sedikit orang saja.
3. Pola makan dan tidur menurun
Memikirkan kondisi orang tua yang akan bercerai membuat anak sulit tidur dan tidak merasa lapar. Sehingga, kondisi ini akan membawa dampak buruk terhadap kondisi kesehatan si kecil.
Bahkan, pola tidur dan makan yang tidak teratur memicu terjadinya berbagai macam keluhan penyakit. Seperti, penyakit jantung, diabetes dan kekurangn nutrisi baik.
4. Menjadi lebih emosional
Perceraian orang tua membuat anak memiliki perasaan kehilangan, amarah, bingung dan cemas. Sehingga, ketika anak merasa kewalahan menahan perasaannya tersebut, Ia cenderung emosional dengan orang sekelilingnya.
Selain itu, perasaannya ini juga membawa dirinya menjadi lebih agresif. Sikapnya ini muncul bukan lain hanya karena ingin mendapatkan perhatian dari orang lain.
5. Nilai akademik menurun
Perceraian merupakan kondisi yang sulit untuk semua anggota keluarga, termasuk anak. Pikirannya hanya tertuju pada dinamika keluarga membuat si kecil sulit konsentrasi dalam belajar.
Sehingga, keadaan ini akan berdampak pada nilai akademiknya. Semakin lama anak memikirkan kondisi keluarganya, maka kemungkinan besar nilai di sekolah mereka akan semakin menurun.
Perceraian memang membuat keadaan rumah menjadi tidak karuan. Secara tidak langsung kondisi ini juga akan memengaruhi kondisi psikologis anak.
Oleh karena itu, cobalah untuk membangun hubungan yang harmonis agar anak merasakan kehangatan dan kenyamanan sebuah keluarga. Sebelum memutuskan untuk berpisah, bicarakan juga dengan anak supaya si kecil belajar menerima kondisi keluarga.
Artikel ini sudah ditinjau oleh Ikhsan Bella Persada M.Psi