Sejarah Singkat RA Kartini – Bercerita kepada anak tentunya menjadi hal sederhana yang dapat di lakukan oleh para Mommy untuk menambah pengetahuan si kecil. Selain menceritakan dongeng, mommy bisa banget nih menceritakan sejarah Indonesia kepada si kecil untuk menambah wawasannya.
Salah satunya, Mommy dapat menceritakan sejarah wanita pendekar bangsa kaum wanita. Yaps, benar sekali “Raden Ajeng Kartini“.
Siapa yang tak kenal dengan nama wanita yang satu ini. Raden Ajeng Kartini, atau yang kerap dengan panggilan RA Kartini merupakan wanita Indonesia yang memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia.
Sehingga RA Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita.
Nah, bagaimana kah cerita lengkap tentang wanita pendekar kaum wanita ini? OKEMOM, telah meringkasnya dalam artikel ini.
Sejarah Singkat Perjuangan Raden Ajeng Kartini
Ibu RA Kartini memiliki tekad yang kuat untuk memperjuangkan emansipasi wanita pada saat itu.
Walaupun awalnya perjuangan ia tidak di hargai, namun di akhir perjuangannya benar-benar memberikan pengaruh serta arti yang begitu besar bagi wanita Indonesia.
Yuk Mom, di simak lebih lanjut sejarah singkat RA Kartini untuk dijadikan cerita kepada si kecil.
1. Biografi Singkat RA Kartini
Raden Ajeng Kartini atau yang kerap di sebut RA Kartini merupakan perempuan kelahiran 21 April 1879. Berasal dari Jepara, Jawa Timur.
Ibu RA Kartini merupakan anak dari keluarga bangsawan Jawa. Beliau adalah putri pertama dari istri pertama Raden Adipati Ario Sostronigrat. Ayahnya ini merupakan putra Pangeran Arion Tjondronegoro IV.
Ibu RA Kartini bernama MA Ngasirah beliau adalah seorang Kiyai di Telukawur, Surabaya.
Ma Ngasirah bukanlah putri keturunan bangsawan. Padahal, di masa kolonial Belanda terdapat peraturan jika seorang Bupati harus menikah dengan sesama keturunan bangsawan.
Oleh karena itulah, ayah RA Kartini menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan yang merupakan keturunan bangsawan dari Raja Madura. Setelah pernikahan tersebut, ayah RA Kartini kemudian diangkat menjadi bupati Jepara tepat setelah RA Kartini dilahirkan.
2. Awal Pemikiran Kartini untuk Menyetarakan Posisi Wanita
Sejarah perjuangan RA Kartini berawal ketika ia berusia 12 tahun yang dilarang melanjutkan studinya.
Kartini sempat bersekolah di Europese Lagere School (ELS) dimana ia juga mempelajari bahasa Belanda. Larangan ini muncul dari orang yang paling dekat dengannya yakni, ayahnya.
Ayahnya bersikeras agar Kartini harus berada di rumah karena usianya sudah mencapai 12 tahun yang berarti sudah bisa untuk di pingit.
Selama di rumah, kartini mulai menulis surat-surat kepada teman orespondensinya yang kebanyakan berasal dari Belanda, di mana ia kemudian mengenal Rosa Abendanon yang sering mendukung apapun yang direncanakan Kartini.
Abendanon jugalah Kartini mulai sering membaca buku-buku dan koran Eropa yang menyulut api baru di dalam hati Kartini, yaitu tentang bagaimana wanita-wanita Eropa mampu berpikir sangat maju.
Sejak itu lah, Kartini timbul rasa cita-cita untuk mewujudkan perempuan pribumi agar memiliki kesetaraan dengan laki-laki.
3. Awal Mula Mendirikan Sekolah
Pada usia muda, pada tanggal 12 November 1903 Kartini di paksa menikah dengan bupati Rembang oleh orangtuanya.
Sebelum menuruti kemauan orang tuanya, Kartini meminta persyaratan. Akhirnya, Kartini menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, dimana sebelumnya ia sudah memiliki istri.
Ternyata, suami Kartini ini sangat mengerti cita-cita yang di inginkan oleh Kartini sebagai persyaratan sebelumnya, untuk dapat membangun sebuah sekolah wanita.
Tujuan Kartini membangun sekolah ini agar ia dapat mengajarkan kepada perempuan pribumi untuk mendapatkan pengetahuan.
Sehingga ia dapat mewujudkan cita citanya yaitu kesetaraan terhadap emansipasi perempuan.
4. Wafatnya RA Kartini
Pernikahan Kartini dengan Raden Adipati Djojodiningrat membuat pemikirannya lebih berkembang. Hal ini di buktikan dari tulisan-tulisan Kartini kepada teman dekatnya, yang di simpan olehnya, Abendanon.
Kartini harus menghembuskan nafas terakhir di usianya yang masih terbilang muda, yakni 25 tahun.
Beliau meninggal dunia setelah melahirkan anak laki-laki pertamanya bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904.
Kartini di makamkan di Desa Bulu, Kecamata Bulu, Rembang.
5. Habis Gelap Terbitlah Terang
Wafatnya Kartini tidak mengakhiri perjuangan RA Kartini semasa hidupnya.
Hal ini karena, teman dekatnya semasa di Belanda, Abendanon mengumpulkan surat-surat yang dulu pernah di kirimkan oleh Kartini.
Abendanon kemudian membukukan semua surat itu dan di beri nama Door Duisternis tot Licht yang jika di artikan berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku ini di terbitkan pada tahun 1911.
Awalnya, buku ini berbahasa Belanda sehingga tidak dapat di baca oleh beberapa orang pribumi. Hingga akhirnya, pada tahun 1922 Balai Pustaka menerbitkan versi traslasi buku dari Abendanon yang di beri judul
“Habis Gelap Terbitlah Terang : Buah Pikiran” dengan bahasa Melayu.
Namun, pada tahun 1938, seorang sastrawan bernama Armijn Pane menerbitkan versi translasinya sendiri dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
OKEMOM, begitulah sejarah singkat tentang wanita pendekar bangsa ini.
Mommy dapat mempelajari sejarah singkat RA Kartini untuk mencerikan kepada si kecil, agar si kecil dapat bertambah wawasannya.